UJIAN TAKE HOME
Mata kuliah : Manjemen Produksi dan Operasi
Program/ jurusan : Pascasarjana/ MSi
Dosen pengampu : Dr. F. Kasmari, M. MSi
Jawaban :
Soal no 1:
Dalam menjalin hubungan yang baik antara customers dan suppliers agar perusahaan mampu memproduksi secara berkelanjutan dan hasil produksi dapat laku dijual di pasar diperlukan suatu srategi yang efektif yakni dengan penerapan operation strategy yang efektif dan kompetitif untuk menjamin kepuasan konsumen. Keputusan untuk menentukan strategi kompetitif demi keberlangsungan suatu perusahaan yang dapat diaplikasikan adalah salah satu dari dua strategi, yaitu:
strategi biaya rendah (a low-cost strategy)
strategi diferensiasi (a differentiation strategy).
Strategi biaya rendah penekanannya pada harga jual yang lebih rendah dibandingkan dengan kompetitor untuk menarik konsumen atau memberikan nilai yang sama atau lebih baik kepada pelanggan dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan pesaing. Strategi biaya rendah dilakukan dengan cara kepemimpinan biaya atau keunggulan pada biaya (cost leadership) dengan beberapa pendekatan, yaitu ekonomis dalam skala produksi (economies of scale in production); pengalaman (experience curve effects); pengendalian biaya (tight cost control); dan meminimumkan biaya dalam biaya tertentu, seperti penelitian dan pengembangan, pelayanan, tenaga penjualan, dan advertensi (cost minimization in such areas as research and development, service, sales force, or advertising).
Strategi diferensiasi berusaha keras untuk meningkatkan nilai pelanggan dengan meningkatkan apa yang diterima pelanggan. Penekanannya perusahaan mempunyai keunggulan diferensiasi. Perusahaan menciptakan sesuatu di mana konsumen disuguhi sesuatu yang dirasakan unik. Keunggulan bersaing diciptakan dengan memberikan sesuatu kepada pelanggan yang tidak diberikan oleh para pesaing. Misalnya perbedaan dalam bentuk beberapa atribut, baik berwujud maupun tidak berwujud dari produk, perbedaan bersifat fungsional, estetika, atau gaya bahasanya.
Produk yang bersifat unik ini dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu :
loyalitas merek (brand loyalty);
pelayanan yang istimewa kepada konsumen (superior customer service);
jaringan dealer (dealer network);
desain dan ciri-ciri produk (product design and product features);
teknologi (technology).
Meski demikian, kesuksesan strategi biaya rendah atau strategi diferensiasi, sangat tergantung pada kemampuan perusahaan tersebut untuk mengelola value chain yang dimilikinya.
analisis value chain merupakan upaya mengidentifikasi dan menjelaskan hubungan internal dan ekternal dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan posisi strategis perusahaan.
Analisis value chain merupakan alat untuk memahami rantai nilai yang membentuk suatu produk. Analisis ini merupakan total value chain dari suatu produk mulai dari desain produk sampai dengan pemanufakturan produk, bahkan jasa setelah penjualan. Analisis value chain merupakan alat analisis strategis yang digunakan untuk memahami secara lebih baik keunggulan kompetitif, mengidentifikasikan di mana value pelanggan dapat ditingkatkan atau penurunan biaya, dan memahami secara lebih baik hubungan perusahaan dengan pemasok/supplier, pelanggan, dan perusahaan lain dalam industry.
Dengan melihat value chain framework perusahaan dapat menjabarkan rantai jaringan yang dimiliki perusahaan dari bahan baku sampai dengan konsumen pengguna akhir ke dalam aktivitas relevan yang bersifat strategis untuk memahami perilaku biaya dan berbagai sumber yang berbeda. Untuk dapat mencapai keuntungan yang bersifat kompetitif secara berkelanjutan perusahaan harus memahami keseluruhan value delivery system. Oleh karena itu, secara keseluruhan analisis value chain merupakan alat analisis untuk memahami dan mengidentifikasi rantai nilai suatu produk yang mulai dari pemasok,manufaktur, pemasaran, serta penanganan purnajual ke dalam aktivitas relevan yang bersifat strategis. Disamping itu, untuk memahami perilaku biaya dan berbagai sumber yang berbeda untuk mengetahui kekuatan posisi perusahaan dalam rangka mencapai keunggulan kompetitif. Aktivitas-aktivitas mulai dari tahap pemasok, manufaktur, dan konsumen terjadi secara terpisah, namun aktivitas tersebut mempunyai suatu hubungan, yaitu pembentukan nilai pada produk. Aktivitas itu tidak independen, tetapi interdependen sehingga perlu dijaga hubungannya dalam rangka untuk memaksimalkan nilai produk yang dihasilkan. Perusahaan harus mengidentifikasi posisi perusahaan pada value chain tersebut untuk memahami karakteristik industri dan saingan yang ada.
Soal no : 2
Dalam menentukan corporate strategy perlu mempertimbangkan 3 Core : core competence, core product dan core process.
Core competence adalah : suatu kekuatan khusus suatu organisasi berupa sumber sumber dan kekuatan khusus yang mencerminkan adanya kolektifitas belajar pada organisasi tersebut khususnya bagaimana mengkoordinasi prosess yang berjalan dalam perusahaan/ organisasi dan mengintegrasikan teknologi. Core competence meliputi :
Tenaga kerja : tenaga kerja yang terlatih/ terampil dan fleksibel memungkinakan suatu organisasi/ perusahaan untuk mampu memenuhi selera dan kebutuhan pasar. Kompetensi ini sangat penting dalam organisasi bidang jasa dimana para pelanggan langsung berhubungan dengan para pekerja.
Fasilitas : kantor, toko, maupun perusahaan yang mempunyai lokasi strategis akan sangat menguntungkan sehingga fasilitas yag strategis dapat mengorgansir dan mengendalikan ragam jasa maupun produk pada skala volume yang beragam.
Pengetahuan pasar- dan keuangan : organisasi / perusahaan yang mempunyai kepiawaian mendatangkan modal dari pasar saham,mampu mendistribusikan jasa dan produknya serta mampu mendiferensiasikan jasa dan produknya dari layanan dan produk sejenis akan mampu bersaing dalam kompetisi pasar.
Sistem dan teknologi : perusahaan/ organisasi yang mempunyai kepakaran/ keahlian dalam sistem informasi seperti dalam teknologi internet dan aplikasinya akan mempunyai keunggulan dalam kompetisi pasar.
Jadi core competence suatu perusahaan bisa dicontohkan : tenaga kerja yang skillful, letak geografis perusahaan, serta system teknologi yang digunakan dalam kegiatan opersional perusahaan.
Core process : merupakan rantai kegiatan yang mengirimkan value/ nilai kepada pelangan luar. Core proses mempunyai komponen yaitu:
Proses relasi pelanggan : proses ini merupakan manajemen hubungan pelangan. Karyawan yang terlibat dalam proses hubungan dengan pelanggan berperan mengidentifikasi, menarik minat dan membangun hubungan yang baik dengan pelanggan serta memfasilitasi penempatan pesanan pelanggan.
Proses pengembangan produk : karyawan mendisain dan mengembangkan layanan dan produk baru. Contohnya pada disain pengiklanan dan proses perencanaan pada agen pengiklanan.
Proses pemenuhan pesanan : proses ini meliputi kegiatan yang diperlukan untuk memproduksi dan mengirimkan produk ataupun jasa kepada pelanggan.
Proses hubungan dengan pemasok/ supplier : proses ini mencakup kegiatan pemilihan pemasok layanan, barang dan informasi serta memfasilitasi arus yang efisien pada jasa, barang atau informasi. Contohnya yaitu, negosiasi harga yang normal dan penjadwalan pengiriman yang efektif.
Core product : Merupakan inti produk yang menjadi andalan dalam manufacturing suatu perusahaan.
Soal no : 3
Jaringan PERT/ CPM dan perhitungan waktu normal penyelesaian proyek, sebagai berikut
No Kegiatan Kegiatan sebelumnya Optimistic time (a) Most Likely time (m) Pessimistic time (b) Waktu perkiraan (t)*
1 A 1 2 3 2
2 B 1 2 3 2
3 C 1 2 4 2,17
4 D A 1 2 9 3
5 E A 4 5 10 5,67
6 F E 0 0 0 0
7 G B 4 6 15 7,17
8 H B 4 5 14 6,33
9 I D, F 1 4 5 3,67
10 J C 4 9 25 10,83
11 K H, J 1 2 10 3,17
12 L G, I, K 4 4 4 4
Waktu yang dibutuhkan adalah : 20,17 minggu ( Bila dalam 1 minggu = 7 hari, maka = 121,02 hari atau 121 hari 28,8 menit )
b. Mencari Jalur Kritis
No Jalur-jalur kegiatan Waktu yang dibutuhkan
1 A – D – I – L 2 + 3 + 3,67 + 4 = 12,67
2 A – E – F – I – L 2 + 5,67 + 0 + 3,67 + 4 = 15,34
3 B – G – I – L 2 + 7,17 + 3,67 + 4 = 16,84
4 B – H – K – L 2 + 6,33 + 3,17 + 4 = 15,50
5 C – J – K – L 2,17 + 10,83 + 3,17 + 4 = 20,17
Jalur kritisnya adalah : C – J – K – L
c. Perhitungan Early Start Time ( ES ) dan Late Finish Time (LF)
No Kegiatan Kegiatan sebelumnya Waktu perkiraan (t)* Early Start (ES) Early Finish (EF) Late Start (LS) Late Finish (LF) Slack
1 A 2 0 2 4,83 6,83 4,83
2 B 2 0 2 4,67 6,67 4,67
3 C 2,17 0 2,17 0 2,17 0
4 D A 3 2 5 9,50 12,50 7,50
5 E A 5,67 2 7,67 6,83 12,50 4,83
6 F E 0 7,67 7,67 12,50 12,50 4,83
7 G B 7,17 2 9,17 9 16,17 7
8 H B 6,33 2 8,33 6,67 13 4,67
9 I D, F 3,67 7,67 11,33 12,50 16,17 4,83
10 J C 10,83 2,17 13 2,17 13 0
11 K H, J 3,17 13 16,17 13 16,17 0
12 L G, I, K 4 16,17 20,17 16,17 20,17 0
Soal no : 4
Desain proses yang efektif bagi manajer produksi yakni dengan memperhatikan 4 faktor penting yaitu :
Process structure ; proses ini berkenaan dengan kegiatan yang menjadi focus perasahaan, apakah pada sektor jasa/ layanan atau manufaktur/ produksi barang.
Customer involvement : komponen ini mencerminkan sejauh mana keterlibatan dan partisipas konsumen dalam proses kegiatan.
Resource flexibility : terkait dengan kemudahan para karyawan dan peralatan dapat menangani/ mengerjakan ragam produksi, tugas dan pekerjaan.
Capital intensity : merupakan perpaduan peralatan dan ketrampilan pekerja dalam proses kegiatan.
Dari 4 komponen proses diatas akan tercapai keputusan strategi of change berupa proses mekanisasi/ pemutakhiran peralatan dan proses perbaikan.
Soal no 5
Diagram Parito dari data “Billing Errors”.
CAUSES FREQUENCY
Kesalaha ketik 76
Kesalahan cetak 28
Kesalahan hitung 44
Kesalahan transfer 35
Rekening keliru 11
Alamat keliru 6
Total 200
Prosentase kesalahan ketik : 76/200 x 100% = 38 %
Prosentase kesalahan cetak : 28/200 x 100% = 14 %
Prosentase kesalahan hitung : 44/200 x 100% = 22 %
Prosentase kesalahan transfer : 35/200 x 100% = 17,5 %
Prosentase rekening keliru : 11/200 x 100% = 5,5 %
Prosentase alamat keliru : 6/200 x 100% = 3 %
Dari data diagram parito dengan tampilan kesalahan- kesalahan pada bank dapat ditarik sebuah analisa bahwa…..
Adapun langkah- langkah yang perbaikan yang perlu diambil yaitu …
Soal no : 6
Dalam upaya peningkatan kualitas kinerja rposes digunakan statistical proses control. Konsep ini menjelaskan suatu aplikasi teknik statistic untuk menentukan apakah suatu proses yang dijalankan perusahaan mampu mengirmkan menyampaikan apa yang diinginkan oleh pelanggan. Dalam SPC ini, diagram kendali utamanya digunakan untuk mendeteksi apakah ada produk atau jasa yang cacat ataupun adanya indikasi proses yang berjalan teah berubah sehingga rpoduk dan layanan tersebut menyimpang dari spesifikasi model yang ditentukan. SPC ini juga dapat digunakan untuk memberi informasi pada manajemen tentang adanya perubahan proses perbaikan.
Dua variabilitas penyebab ketidakseragaman dalam system manufaktur dan jasa yang berimbas pada perbedaan pada kualitas produk dan jasa. Dua variabilitas tersebut adalah :
Common cause
Assignable cause
Common cause adalah random murni, sumber variasi yang tak teridentifikasi yang tidak dapat dihindarkan dengan proses yang ada saat ini. Untuk mengatasi common cause dapat dilakukan pengukuran pada tiga sector : lokasi, sebaran dan bentuk.
Lokasi diukur dengan rata rata distribusi
Sebaran diukur dengan standar deviasi
Bentuk/ shape distribusi mempunyai ciri simetrik maupun skewed.
Assignable cause adalah factor –faktor enyebab yang dapat diidentifikasi atau dielimnasi (dibuang).
Contoh factor assignable cause/ factor khusus yaitu : perlunya pelatihan para pekerja dan perbaikan mesin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar